Pernah merasa sudah capek-capek bikin promo, tapi hasilnya tetap sepi?
Sudah kasih diskon, bikin desain kece, upload ke semua platform—tapi penjualan tetap nggak naik?
Tenang, kamu nggak sendiri. Banyak UMKM dan bisnis retail kecil menghadapi masalah yang sama. Tapi tahukah kamu? Brand-brand besar pun pernah mengalami hal serupa—bedanya, mereka belajar dari kesalahannya dan mulai mengandalkan strategi yang lebih terukur.
Yuk, kita bahas 5 kesalahan marketing yang sering dilakukan dan apa yang bisa kita pelajari dari brand besar F&B dan retail.
1. Hanya Promosi Saat Penjualan Turun
Kesalahan: Banyak bisnis baru mulai promosi saat orderan lagi seret. Padahal, promosi seharusnya konsisten bahkan saat sedang ramai. Tujuannya? Supaya pelanggan tetap ingat dan loyal.
✅ Contoh: Starbucks
Starbucks selalu aktif melakukan kampanye musiman—dari promo Valentine, Ramadan, sampai Pumpkin Spice Latte. Meskipun mereka sudah dikenal, mereka tidak pernah berhenti membangun awareness & engagement.
Pelajaran: Konsistensi promosi menjaga brand tetap top-of-mind, bukan cuma saat diskon.
2. Tidak Bisa Tracking Hasil Promosi
Kesalahan: Kamu kirim broadcast, tapi nggak tahu siapa yang buka, siapa yang klik, siapa yang beli. Tanpa data, kamu seperti marketing dengan mata tertutup.
✅ Contoh: Domino’s Pizza
Domino’s menggunakan sistem pelacakan lengkap untuk setiap interaksi pelanggan, mulai dari klik promo, proses pemesanan, sampai feedback setelah pengiriman. Mereka tahu kapan pelanggan ragu beli dan mengirimkan kupon otomatis sebagai insentif.
Pelajaran: Tracking bisa bantu kamu memahami performa promosi & memperbaikinya real-time.
3. Broadcast Promosi Tanpa Personalisasi
Kesalahan: Mengirim pesan promo yang sama ke semua orang. Akhirnya banyak yang diabaikan karena tidak relevan.
✅ Contoh: Burger King
Burger King memanfaatkan data lokasi pengguna untuk kirim kupon Whopper hanya saat mereka berada dekat restoran kompetitor (McDonald’s). Kampanye ini viral dan hasilnya terbukti efektif.
Pelajaran: Promosi yang kontekstual dan personal jauh lebih menarik dibanding yang general.
4. Tidak Punya Database Sendiri
Kesalahan: Hanya mengandalkan sosial media tanpa menyimpan kontak pelanggan. Padahal reach sosmed bisa turun kapan saja.
✅ Contoh: Matahari Department Store
Matahari membangun program loyalitas dan mengumpulkan database pelanggan melalui nomor HP dan email. Mereka rutin kirim promo personal lewat WhatsApp & SMS berdasarkan histori belanja.
Pelajaran: Punya database sendiri artinya kamu bisa kendalikan komunikasi langsung tanpa tergantung algoritma.
5. Tidak Follow-Up
Kesalahan: Hanya kirim promo sekali, tanpa ada pengingat atau urgensi.
✅ Contoh: J.CO Donuts
Saat launching menu baru, J.CO aktif melakukan follow-up lewat WhatsApp dan Instagram Stories dengan strategi FOMO seperti:
- “Hari ini terakhir!”
- “Tersisa 100 pax!”
- “Promo hanya sampai jam 5 sore!”
Pelajaran: Follow-up + urgensi = kombinasi ampuh untuk closing penjualan.
Solusi Cerdas untuk UMKM: WhatsApp Marketing Otomatis
Brand besar bisa melakukan semua itu karena mereka punya sistem. Tapi sekarang, kamu juga bisa pakai tools canggih tanpa biaya mahal.
💡 Chives.id adalah software WhatsApp marketing yang dirancang untuk bantu UMKM & kreator mengelola promosi secara otomatis dan terukur.
Dengan Chives kamu bisa:
- ✅ Kirim promo ke ribuan pelanggan secara otomatis
- ✅ Tracking siapa yang buka, klik, dan pakai promo
- ✅ Segmentasi database untuk pesan yang relevan
- ✅ Hemat waktu & tenaga
🎁 Coba GRATIS sekarang di Chives.id
Kesimpulan
Kesalahan promosi bukan berarti bisnis kamu gagal. Tapi kalau terus diulang, bisa bikin promosi sia-sia. Belajar dari Starbucks, Domino’s, J.CO, hingga Burger King — semua menunjukkan bahwa strategi, data, dan konsistensi adalah kunci.
Saatnya promosimu bukan sekadar usaha, tapi jadi strategi yang menghasilkan.